Senin, 08 Maret 2010

Apa Sih Patah Hati?



Patah hati sendiri sebenarnya berarti persaan sedih (dan putus asa) yang amat dalam. Dalam bahas Indonesia, patah hati or broken heart tadi semata-mata hanya dikaitkan dengan putus cinta san sejenisnya. Mengapa kita ditak pernah mengatakan atau mendengar ucapan, “Bapak itu sedang patah hati karena istrinya meninggal”?
Ah, sudahlah! Tak usa berpusing-pusing dengan istilah. Untuk sementara kita ikuti saja pengertian yang sudah kadung beredar bahwa patah hati terjadi karena putus cinta. Pengertian patah hati hanya dikaitkan dengan putus cinta memang merupakan pengertian yang amat sempit. Tetapi, sering kali lagi, untuk pembahasan kita kali ini kita ikuti saja.
Namun demikian, jika mau ditelurusi, hal tersebut bukan berate tanpa penjelasan. Kalao orang menkaitkan patah hati dengan putusnya cinta, cara tersirat orang ingin mengatakan bahwa putus cinta atau kehilangan cinta atau cinta tidak sampai benar-benar membuat orang bersedih dan putus asa bukan kepalang. Dalam kenyataanya, itu benar! Itulah penjelasnnya.
Disisi lain, pengakuan itu sekaligus menyiratkan betapa berharganya cinta. Anehnya, sekalipun diakui cinta sangat berharga, masih ada saja orang-orang yang mengobral cinta dipinggir-pinggir jalan. Ada juga remaja-remaja yang suka menukar cinta dengan pulsa handphone, dst.
Apakah orang yang putus cinta harus patah hati? Itu urusan lain lagi. Yang jelas, patah hati memang erat hubungannya dengan cinta. Orang tidak pernah merasakan patah hati karena berkisah dengan orang yang tidak dicintainya. Mau bukti? Diatas sudah disinggung bahwa dalam arti luas, patah hati bisa terjadi karena kematian seseorang. Nah, seandainya kali waktu pembantu presiden Amerika Serikat meninggal, apakah kamu akan merasakan patah hati? Tentu saja ya, kalau pembantu itu kekasihmu, kakak mu, atau lerabatmu. Tetapi, kalau kamu kenal dia pun tidak, orang pasti akan menganggapmu kurang kerjaan jika kematiannya itu membuat mu patah hati.
Ya, patah hati selalu terkait dengan hubungan cinta. Lebih dari pada sekedar terkait, bahkan, cinta dan patah hati memang ibarat sepasang sisi dari sebuah harta uang logam yang sama. Kamu tidak bisa memilih satu dan mengbaikan yang lain. Hubungan antara cinta dan patah hati itu juga sama kaitannya antara pertemuan dan perpisahaan. Pertemuan selalu sekaligus membawa potensi perpisahaan. Sebaliknya, perpisahaan tidak pernah terjadi tanpa pertemuan. Ini kenyataan hidup biasa, tidak rumit-rumit amat. Karena itu, kalau tidak mau berpisah, jangan bertemu. Jangan jatuh cinta kalau tidak mau patah hati!
Sayangnnya, sebagai manusia kita sering mau enaknya saja. Bertemunya mau, berpisahnya enggan. Jatuh cintanya menggebu-gebu, tapi patah hatinya kalau bisa jangan.

Sisi positif
Patah hati punya sisi positif juga. Apa sisi positif itu? Patah hati akan mengajar orang untuk bisa bersikap menghargai arti kebersamaan. Orang yang tidak pernah mengalami patah hati atau tidak akan menghadapi potensi patah hati, sangat mungkin tidak bisa menghargai cinta dan kebersamaan. Ini sama halnya dengan keadaan sakit. Dalam keadaan sakit, orang bisa belajar menjaga atau menghargaai pentingnnya kesehatan. Artinya, dengan sakit kita bisa mengajarkan orang untuk menjaga atau menghargai kesehatannya. Dalam kasus lain, orang bisa menghargai pentingnya harta jika ia pernah mengalami “kemiskinan” patah hati pun demikian.
Dengan kata lain, potensi patah hati seharunya mengajar orang untuk mencintai secara total ketika ia masih bisa bersama oaring yang dicintainya itu. Justru karena ada potensi apatah hati mestinya kita jadi bersikap, “mumpung ia masih bersama ku, aku akan mencurahkan segala perhatian ku padanya”.
Anehnya, kita justru lebih sering bersikap sebaliknya. Coba ingat, pernahkah kita berfikir untuk selalu mengucapkan terima kasuh kepada orang tua kita selagi mereka masih hidup atas semua pengasuahan yang selama ini merka berikan? Tampaknya sebagian besar dari kita tidak pernah. Nanti, ketika orang tua kita meninggal barulah kita menyesal, “mengapa selama ini selagi orang tua masih hidup, mengucapkan terima kasih saja tidak pernah?” setelah mereka meninggal, barulah kita mengatakan, “papa atau mama kami tercinta bla…bla…bla…” lewat iklan duka cita. Buat apa? Toh papa dan mama tidak lagi bisa mendengar atau membacanya! Mengapa tidak selagi mereka masih hidup kita mengatakannya? Tapi, begitulah watak penyesalan, selalu datang terlambat.
Oleh karena itu. Selagi orang yang kita cintai masih bersama kita, mengapa kita tidak memulainya sekarang untuk mencurahkan segala perhatian kita padanya? Biar bila suatu ketika ia pergi atau meninggal, kita dengan lapang dada berani mengatakan, “Pergilah orang yang kucintai akau sudah memberikan semua perhatian yang kumiliki. Aku tidak akan menyesalinya!”
Kesadaran akan adanya potensi patah hati seharunya membuat orang lebih berkomitmen dengan orang-orang yang dicintainya. Apakah itu juga bisa di terapkan utnuk kekasih kita? Pasti! Saya harap kamu tidak salah mengartikan kalimat saya berikut ini “ Kemungkinan selalu ada bahwa sewaktu-waktu kekasihmu akan meninggalkan mu. Entah karena dipanggil Tuhan atau karena sebab lain. Jika benar bahwa selama ini kamu telah sungguh-sungguh mencintainya, semestinya kamu akan mengatakan, “ Oke, pergilah aku tidak akan menyesali diri. Toh selama ini aku telah mencintaimu sebulat hati”.
Namun, yang bisa terjadi malah sebaliknya! “untung aku Cuma main-main mencintainya. Jadi, ketika ia pergi aku tidak terlalu rugi!”. Saya kira ini cara piker yang keliru. Mencintai dengan main-main kok untung! Mencintai orang lain dengan tidak sungguh-sungguh seharunya dipandang sebagai kelalaian. Sebab, kesempatan bisa mencintai orang lain merupakan kesempatan yang sangat berharga. Tidakkah salah satu perintah utama kita di dunia ini adalah mencintai orang lain seperti kita mencintai diri kita sendiri?
Jadi, ketika ada kesempatan mencintai orang lain dan kesempatan itu tidak tidak kita gunakan dengan sungguh-sungguh itu artinya kita kehilangan kesempatan menanti salah satu perintah utama itu. Kamu boleh tidak setuju dengan pendapat tersebut, tetapi coba renungkan,. Nanti kamu akan mengerti kebenaran itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar