Senin, 08 Maret 2010

Pengobat Patah Hati





Kasus ini paling jelas tampak ketika dalam putus cinta kita berada pada posisi orang yang memutuskaAn, sebgai orang yang berposisi memutuskan cinta, mengkin kita tidak terlalu merasakan patah hati yang terdalam, atau terlalu sakit di bandingkan dengan orang yang diputuskan cintanya, bisa juga kita tidak merasakaan apapun. Mengapa demikian, sebgai orang yang berposisi memutuskan cinta, secara mental kita lebih siap. Siap tidak semata-mata dalam arti siap kehilangan pasangan kita, tapi juga lebih siap dalam menghadapi kegelisahaan dan rasa salah.
Dengan kata lain, kita bisa memaklumi bahwa jika dalam putus cinta kita berada pada posisi orang yang diputus, kita pun mengalami krisis. Dalam konteks ini, kadang-kadang kita harus maklum jika karena putus cinta untuk sementara kita lari dari kenyataan. Untuk itu dibutuhkan modal mental dan sikap yang tepat. Beberapa usulan bisa kita pertimbangkan.

1.Be Rational
Kesalahn-kesalahn berpikir itu memusatkan perhatian pada aspek negative akan suatu situasi. Memang putus cinta itu membuat kta berusaha mencari pacar lagi. Begitupun, tidak ada jaminan kita mendapatkannya. Akhirnya, malam minggu kita harus sendirian lagi. Kalaupun mendapatkannya, belum tentu pacar baru kita lebih baik daripada si doi. Bahkan, mungkin selamanya kita tidak akan mendapatkan pacar, dst. Semua kemungkinan “negative” itu benar. Tetapi, jika kita terlalu memusatkan perhatian pada hal-hal negative macam itu, kita akan hidup dalam ketakutan.
Selahan piker lainnya, kita menajadi tidak proposional dalam melihat kenyataan. Dimana letak ketidakproposionalan berpikir? Memang benar si doi memutuskan kita karena sifat buruk yang tidak ia sukai, atau pun ada kekurangan dalam diri kita yang tidak bisa ia terima. Memang tidak adil jika melihat kita dari keurangganya. Tetapi keliru besar menghakimi diri kita seperti itu. Kecantikan ataupun ketampanan hanya sebagian kecil dari diri kita. Berharganya tidaknya diri kita, mati hidupnya diri kita bukan ditangan pasangan kita. Karena itu, kalau saat ini kamu menjadi limbung gara-gara si doi memutuskan cintanya, katakana, “kamu tidak punya kuasa apapun atas hidupku! Aku tak bakal terpengaruh hanya karena kau putuskan cintaku!” wow mantap bukan?
Usaha untuk tetap rasional adalah menyadari bahwa cara kita menanggapi sesuatu peristiwa sering merupakan hasil pengondisian. Dengan contoh atau nasihat kita dikondisikan untuk penghinaan dengan kemarahan. TIDAK! Masih terlau banyak cara lain yang lebih baik untuk menghadapi penghinaan. Hal itu juga berlaku pada putus cinta, selalu ada cara kreatif untuk menghadapi situasi jadi kita harus berfikir jernih dalam arti rasional lebih dulu.
2.Face The Fact
Setelah kita bisa berfikir rasional dan proposional, hal lain yang perlu kita lakukan adalah menghadapi kenyataan. Diatas memang disebutkan, boleh saja sementara kita hidup dalam ilusi. Artinya, untuk sementara kita lari dari kenyataan. Alasannya sederhana kok. Konon, pada dasarnya “alam” menciptakan pertahanan psikologis khusus untuk sesuatu kejutan yang kita hadapi. Ketika kita mengalami keterkejutan karena kehilangan separah apa pun, secara otomatis system saraf kita mengubah system tubuh kita ke “modus darurat”. Karenannya, ketika sangat terkejut, kita menjadi terhenti seperti patung, tak bisa berkedip, tak bisa melangkah, dan pernapasan pun terhenti. Secara emosional, kita pun membeku.
Atas dasar hal tersebut, ketika mendengar kabar orang yang kita cintai meninggal mendadak karena kecelakaan atau hal yang lainnya, kita tidak langsung menangis seketika itu juga. Tangis itu pecah sebagai tanda telah munculnya emosi sedih beberapa saat setelah itu. Dalam kasus puntus cinta, mekanisme hormonal dan emosional itu rupanya juga demikian.
Hal ini hanya untuk sementara artinya tidak untuk selamany. Dengan demikian, mau tidak mau, siap tidak siap, pada akhirnya kita harus berani menghadapi kenyataan. Melarikan diri tidak dan tidak akan pernah menyelesaikan persoalan.
Kenyataannya kita memang sudah putus cinta. Apa pun alasannya. Saying, yang sering terjadi, kenyataan itu kita tolak, enatah sadar atau tidak. Kita masih terbayang atau diam-diam mengharapkan tetap hidup dengan masa-masa indah di masa lalu. Atau, bahkan kita masih suka membayangkan kisah masa depan dengan si doi. Kita ketakutan, jangan-jangan nanti begini… jangan-jangan nanti begitu,. Kita juga menyesal, kenapa dulu kok begini…kenapa dulu kok begitu.
Salah satu prasyarat utama agar kita bisa keluar dari kubangan patah hati adalah menyadari dang menghadapi kenyataan. Menyadari dan berani menghadapi kenyataan, artinya, tidak hidup dalam baying-bayang (baying-bayang selalu bukan kenyataan)
Bayang-bayang itu bisa berupa ketakutan-ketakuan tapi juga sikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dengan ketakutan kita menjadi takut melangkah. Tetapi, dengan sikap seolah tidak terjadi apa-apa kita juga menjadi tidak bijak

3.Jangan Terlalu Dekat
Cara mengatasi kesediahan akibat patah hati adalah berusaha untuk tidak selalu merasa kehilangan dan tidak terlalu lekat. Harta bisa saja tidak berarti benda, tetapi sesuatu yang sangat berharga. Dan sesuatu yang sangat berharga itu bisa saja orang yang kita cintai. Dengan kata lain, orang yang kita cintaipun bisa menjadi “harta” kita.
Ditinggal pacar memang sebuah kehilangan. Kita akan kehilangan perhatian, kehilangan kehangatan, kehilangan penerimaan, kehilangan kebersamaan.Namun demikian, kta tetap harus realistis. Perpisahan sebenarnya hanya soal waktu. Ketika terjadi pertemuan, perpisahan itu pasti terjadi. Waktunya saja yang tidak bisa kita perkirakan. Karena itu, berlarut-larut dalam rasa kehilangan dan terus melekat pada orang yang selama ini menjadi kekasih kita jelas merupakan sikap tidak realistis.
Apakah ini berarti kita tidak mencintainya? Mencintai berbeda sekali dengan mengusai.. bahkan keduanya bertolak belakang! Keinginan mengusai selalu bertolak dar nafsu. Padahal,, nufsu selalu menjadi musuh cinta. Ketika kita ingin untuk tetap bersama dengan dia (kelekatan), sebenarnya kta sedang berusahan mengusainya dan bukan mencintainya.
Dari sudut pandang lain dalam berbagai kasus, berpisah sekarang ternyata lebih baik dari pada berpisah kelak. Kalu ternyata hubungan tersebut memang tidak bisa di pertahankan, untuk apa menyiksa dan menipu diri sendiri. Dengan berpisah kita justru bisa menyusun langkah lain. Jika demikian, atas alasan apa kita harus terlalu lekat? Toh sebelum berpacaran dengan dia, selama ini pun kita baik-baik saja.

4.Be Optimistic
Ada pepatah yang berlaku dalam pertandingan, “ketika semangat hancur, kita sebenarnya telah separo kalah sebelum menghadapi lawan!”. Pepatah itu juga berlaku dalam banyak hal. Apa artinya, rupanya, sikap mental kita memainkan peran penting bagi keberhasilan kita, termasuk keberhasilan keluar dari kubangan patah hati.
Dalam arti tertentu mungkin benar bahwa putus cinta merupakan sebuah kegagalan. Tapi, dengan hilangnya optimisme, kita sebenarnya malah berpotensi gagal dua kali. Pertama, gagal dalam hubungan. Itu yang sudah terjadi. Potensi kegagalan yang kedua, kita gagal mengatasi patah hati tersebut karena optimisme kita telah hancur. Karena itu, mestinya kita harus berperinsip: broken heart boleh, tapi kehilangan optimisme jangan!
Dengan sikap optimis kita menjadi berani melangkah lagi merajut masa depan. Kita tentu ingat bahwa keberhasilan bukan berarti kita tidak pernah gagal, melainkan keberanian untuk bangkit kembali ketika jatuh. Ini juga berlaku dalam kasus percintaan.
Karena itu, tetaplah optimis. Dunia tidak selebar daun kelor. Orang baik tidak hanya dia. Jutaan orang baik juga sedang menanti pacar baik sepertimu.

5.Tekuni hobi baru
Ada cara lain mengatasi patah hati yang memang sedikit berbau pelarian. Namun demikian, selama pelarian itu positif, untuk sementara apa salahnya? Pelarian memang tidak pernah menyelesaikan masalah. Lebih tidak menyelesaikan masalah adalah lari pada hal-hal negative, alih-alih menyelesaikan persoalan poko, persoalan baru malah muncul.
Sekedar untuk mengalihkan perhatian, tidak ada salahnya kita coba-coba hobi baru. Mengarang, menjahit, berenang, dan sebagainya. Berbagai aktivitas baru sering membantu kita sedikit melupakan kesedihan yang kita alami. Diatas semua itu,. Siapa tahu hobi baru itu kelak akan mendatangkan manfaat bagimu.

6.Putuskan Dengan Kenangan Manis
Salah satu kecenderungan kita adalah mengenang masa lalu yang indah. Karena itu, jangan disalahkan kalau kakek/nenek kita sering menasehati kita. “Dulu waktu kakek/nenek seusia kamu, uang sekolah saja sudah cari sendiri….!”
Waktu patah hati, kita juga cenderung tenggelam kembali kedalam kenangan-kenangan indah dengan dia. Mungkin tanpa disadai kita berjam-jam memandangi foto kita bersama.Mungkin dengan sengaja kita mendatangi kembali tempat-tempat yang biasa kita kunjungi berdua. Mungkin dengan sengaja kita memakai baju yang mempunyai kenangan tertentu, dst. Saat berada dalam kenangan itu, kita merasa nyaman. Seolah-olah kita bersama dia kembali
Kecenderungan semacam itu, selain tidak realistis juga sangat tidak membantu proses pemulihan batin kta. Ibarat luka, kita selalu mengorek-ngoreknya kembali. Pernahkah membayangkan sebuah luka yang selalu dikorek-korek? Syukur kalau akibatnya Cuma pemulihannya menjadi lama, apesnya akan terjadi infeksi. Luka hati pun begitu. Selalu mengingat atau “berusaha mengalami kembali” kenangan manis tidak ubahnya dengan mengorek-ngorek luka lama.
Karena itu, pada saat patah hati kita msih limbung karena patah hati, adanya baiknya semua barang kenangan sementara disingkirkan jauh-jauh.

7.Menangislah Jika Perlu
Ada nasiahat yang cukaup efektif tapi tetap aman untuk mengungkapkan emosi negative kita kepada seseorang. Sebagaiman yang terjadi pada umumnya, seorang yang patah hati apalagi dalam posisi diputus, punya kecendrungan marah, benci kepada kekasih yang memutuskannya. Bagi sebagian orang, malah mungkin sampai muncul perasaan, “kalau bisa saya hancurkan orang itu!”

Di satu sisi emosi itu ada dan tidak boleh ditekan. Sebab, dalam kenyataannya semua emosi negative yang ditekan suatu ketika akan meledak justru pada saat yang tidak dharapkan. Tidak jarang gadis yang diputus cintanya lalu menelepon atau menulis surat yang isinya mengumpat-umpat si cowok yang telah memutus cintanya.
Emosinya sendiri memang sah, tapi cara pengungkapannya itu seperti akan mengundang masalah. Jadi, bagaimana agar emosi negative itu tetap tersalurkan tetapi dengan cara yang aman? Masuklah kamar, tulislah buku harian. Umpatlah sepuasmu. Setelah itu robek-robeklah lalu baker. Ini cara yang dijamin aman bagi semua pihak (kecuali klo mnembakarnya di kasur mu).
Kurang pusa? Ambillah bantal, gambari wajah doi mu itu, lalu pukulilah dia sepuas kamu. Kamu boleh menertawakan ini sebuah usul gila. Tapi, cobalah kalu tidak percaya. Nanti kamu akan merasakan kelegaan tanpa “si doi” harus benar-benar kamu pukil.
Dalam hal ini perlu ditekankan, jika kamu memang ingin menangis…menagislah! Menangis ternyata sering lebih baik daripada tidak menangis. Menangis akan membantu meringankan beban hati. Bahkan dengan menagis kita sering menemukan diri kita sendiri.
Intinya, emosimu yang meledak-ledak tertumpahkan dengan cara yang aman. Pengalaman menunjukan, ketika emosi yang meledak-ledak itu telah tertumpah, kita menjadi bisa berpikir lebih jernis. Kita menemukan kembali diri kita sendiri.

8. Dia Bukan Satu-satunya
Akibat errors in thinking seperti telah dibahas, orang yang putus cinta sering menggeneralisasi bahwa karena si doi tidak lagi mencintainya, berarti semua orang juga tidak mencintainya. Benarkah demikian?
Cobalah ketika menghadapi patah hati, kita mendaftarkan orang-orang yang selama ini dan terus akan memperhatikan kita. Siapa orang-orang itu? Pertama, sahabat-sahabat (kalau perlu tulis nama-namanya). Buktinya dia peduli dengan menghibur kita. Kedua, orang tua kita. Buktinya, mereka tetap berharap kita berhasil dalam belajar, tetap memberi kita makan, pakian, dan uang saku. Ketiga, kakak-adik kita. Buktinya, entah terucap atau tidak, merka pasti tidak rela kita hidup menderita. Dan masih banyak lagi yang care sama kita.
Nah, ternyata masih lebih banyak orang yang mencintai kita daripada yang memutuskan cinta kita. Buat apa berlarut-larut memikirkan cinta satu orang yang dalam kenyataanya telah putus padahal sekian banyak orang yang masih mencintai kita? Tidakkah lebih masuk akal kita harus memikirkan untuk membalas cinta mereka daripada sekedar merenungi satu cinta yang terputus?

9.Doakan Dia
Kalau saran ini saya tempatkan paling akhir, bukan berarti ini adalah saran yang paling tidak penting. Justru sebaliknya, ini adalah cara yang saya yakini paling ampuh untuk mengelola patah hati. Saya sudah berkali-kali membuktikannya.
Sepintas, cara ini memang sangat bertentangan dengan akal sehat tapi dalam kenyataanya terbukti benar-benar mujarab. Berdoalah! Lebih daipada sekedar berdoa untuk minta kekuatan diri, berdoalah untuk dirinya, oarng yang telah membuatmu patah hati tersebut. Memang akal sehat kita mengatakan, bagaiman mungkin kita bisa mendoakan orang yang sedang kita benci? Ya, itu akal sehat kita.
Kita hanya bisa mendoakan orang yang kita benci dengan tulus jika kita benar-benar tidak lagi terikat dengan se-akuan kita. Doa yang tulus benar-benar hanya bisa kita lakukan jika kita telah mengampuni dia.
Kenyataannya, dalam banyak hal kita menderita kukan karena peristiwa yang kita alami, tetapi karena terlalu menonjolkanya “aku” kita. Bahkan hal sering membuat kita menderita adalah pikiran dan ego kita. Satu hal yang bisa kita yakini, ketika akhirnya kita bisa mendoakannya dengan tulus, ketika itu pula patah hati kita sebenarnya sedang menuju pemulihan yang sebenarnya. Munkin itu tips yang bisa saya berikan untuk pengobat rasa sakit hati. Tetap kepakan sayapmu tuk mencari lembaran hidup yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar